Cakraindonesia.co.id, Buton – Di sela-sela kunjungan kerjanya di Kabupaten Buton, Pj. Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sulawesi Tenggara Ny. Dra. Wa Ode Munanah Asrun Lio bersama rombongan menyambangi masyarakat Desa Sampuabalo, Kecamatan Siotapina, Sabtu, 3 November 2023.

Di tempat ini, istri Jenderal ASN Sultra tersebut bertatap muka dengan Tim Penggerak PKK Kecamatan Siotapina, anggota Dharma Wanita Persatuan, para kader posyandu serta Orang Tua dan Balita Penderita Stunting.

Dalam sambutannya, Sekretaris Daerah Kabupaten Buton, Asnawi Jamaluddin, S.Pd., M.Si mewakili Pemda Kab. Buton mengungkapkan terima kasih atas kunjungan Pj. Ketua TP PKK Provinsi Sultra juga sekaligus Ketua Dharma Wanita Persatuan di Kabupaten Buton. Menurutnya hal ini memberikan spirit yang luar biasa bagi Pemda, khususnya Tim Penggerak PKK dan DWP Kabupaten Buton.

“Hari ini Pemda Kab. Buton, khususnya PKK dan DWP mendapat kunjungan kehormatan dari Ibu Pj. TP PKK Sultra sekaligus Ketua DWP Prov. Sultra di Kabupaten Buton yang mulai dari kemarin sampai dengan hari ini. Terima kasih bu atas kunjungannya. Perlu kami laporkan, masalah stunting, kemiskinan ekstrim, masalah inflasi itu sudah merupakan masalah nasional. Hari jumat kemarin seluruh Bupati/ Walikota serta Sekda se-Sulawesi Tenggara dikumpulkan Rapat Koordinasi bersama Mendagri dan ini menjadi perhatian bagi kita semua,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Sekda mengatakan untuk di Kabupaten Buton, prevalensi stunting tahun sebelumnya sampai pada angka 23 persen, sekarang turun menjadi 17,33 persen. Ini sebenarnya masih cukup tinggi karena target nasional harus sampai dengan maksimal 14 persen. Ini menjadi tantangan kita di Kabupaten Buton.

“Olehnya itu beberapa waktu lalu kami sudah melakukan beberapa kegiatan di antaranya rembuk stunting yang melibatkan seluruh stakeholder di Kabupaten Buton, juga ada kegiatan BSBS (Buton Sehat Bebas Stunting), berikutnya juga kami sudah mengeluarkan SK Bupati tentang Bapak dan Ibu Asuh Stunting. Setiap jumat ada kegiatan jumat berkah, jadi setiap hari jumat ada pemberian makanan tambahan, juga telur, dan makanan-makanan bergizi bagi penderita stunting,” tutur Jenderal ASN Buton.

Dikatakannya, menurut data Dinas Kesehatan jumlah balita penderita stunting di Desa Sampoabalo Kec. Siotapina mencapai 53 kasus.

“Khusus di Desa Sampoabalo, tadi saya dapat laporan dari Kadis Kesehatan, di sini penderita stunting lebih kurang 53. Padahal di Desa ini salah satu penghasil ikan di Kabupaten Buton. Ini mungkin yang perlu kita cermati kenapa hal ini sampai terjadi. Tapi Insya Allah kami dari Pemerintah Kabupaten Buton tetap akan melakukan intervensi, kemudian ada semacam gerakan-gerakan bagaimana stunting di Kabupaten Buton bisa menurun. Apalagi hari ini hadir Ibu-Ibu DWP dan Tim Penggerak PKK, karena jaringan ibu-ibu sampai dengan di desa-desa,” ucapnya.

Sementara itu, Pj. Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sultra Ny. Dra. Wa Ode Munanah Asrun Lio mengatakan saat ini diamanahkan untuk menjadi Pelaksana Ketua TP PKK, sekaligus Dekranas, Bunda Literasi, Bunda Paud dan otomatis karena jabatan suami, secara otomatis pula menjadi Ketua Dharma Wanita Provinsi Sultra.

Ia menuturkan Tim Penggerak PKK dan Dharma Wanita Persatuan ada untuk membantu pemerintah dalam percepatan pembangunan, termasuk menyelesaikan persoalan stunting yang menjadi isu nasional. Menurutnya pencegahan stunting termasuk dalam 10 program PKK. Ia meyakini stunting bersumber dari kaum ibu dan ibu juga yang harus menyelesaikannya.

“Masalah yang kita hadapi saat ini adalah masalah stunting. Dan itu ada di program PKK yang melekat di 10 program PKK. Untuk kali ini marilah kita fokus ke masalah kesehatan termasuk masalah stunting. Kita akan mencoba untuk membantu pemerintah menyelesaikan masalah ini. Dan masalah ini sumbernya dari kita kaum ibu dan harus kita yang selesaikan. Anak-anak penderita stunting boleh dikatakan 80 persen dari sikap dan pengetahuan kita sebagai seorang ibu. Jadi yang harus menyelesaikan hal ini adalah ibu-ibu. Harus kita komunikasi dari hati ke hati. Ibu-ibu untuk terbuka apa yang ibu lakukan. Kami di sini datang membantu ibu-ibu agar hal ini tidak berlanjut. 53 kasus jangan lagi bertambah,” pungkasnya.

Lebih lanjut, Ny. Dra. Wa Ode Munanah Asrun Lio mengatakan untuk sekarang ini kita fokus bagaimana mencegah, menyiapkan dan menjaga jangan sampai hal itu terulang lagi. Usia emas 0-3 tahun sangat besar pengaruhnya untuk mencegah stunting dan menentukan masa depan generasi.

“Jadi saya mohon ibu-ibu untuk terbuka dengan ibu-ibu PKK dan DWP kalau ada yang ditanyakan. Apa yang dilakukan ibu-ibu hari-hari, bagaimana ibu-ibu menjaga kesehatan, bagaimana cara ibu merawat anak, menyiapkan segala kebutuhan anak, utamanya usia emas ibu-ibu. Umur anak 1000 hari itu usia emas, terbentuk seluruh organ tubuh utamanya otak dan lain-lain. Dari waktu yang singkat itu usia 0-3 tahun. Ini yang harus kita siapkan untuk generasi yang akan datang. Jadi mulai sekarang ibu-ibu harus belajar menyiapkan diri sebelum hamil. Bagaimana agar masalah stunting tidak bertambah, paling tidak kita kurangi. Usia emas sangat besar pengaruhnya. Jadi Ibu-ibu mungkin belum mendapat pengetahuan yang lengkap tentang hal itu, karena malu, keterbatasan informasi, atau mungkin kesalahan dari atas yang tidak memberikan pengetahuan lebih untuk anak-anak remaja, atau pasangan muda, jadi harus diberi bekal untuk melahirkan generasi hebat,” pungkasnya.

Usai berkunjung ke Sampuabalo, didampingi Penasehat DWP Buton Ny. Dra. Andi Asniwati Mustari, Ketua DWP Sultra menghadiri monitoring evaluasi dan tatap muka bersama Pengurus DWP Kabupaten Buton di Aula Rujab Bupati dan sore harinya berkesempatan mengunjungi Sentra Tenun di Kecamatan Wabula.(Red)